Monday, October 13, 2008

mencuci kapal

temanku datang ke kostan, kira-kira jam 4 sore. mereka duduk diteras sambil memain-mainkan kelinci nyasar di halaman kost. temanku menamai kelinci itu Cinco. di dalam, ada Cimil, kucing ibu kost, yang sedang asik memain-mainkan burung setengah mati sampai rusak tak berupa. Cinco kami dekatkan dengan Cimil. Cimil lari dan Cinco bersembunyi. kami tertawa-tawa melihat kucing takut kelinci. temanku ingin memberi kelinci itu wortel atau sayuran. dengan logat Makassarnya dia mengajakku ke Balubur untuk membeli wortel. tapi sayangnya saya belum mandi.
"mandi dulu lah ani..!"
"cepat"
"gw mandinya 45 menitan..hehe"
"itu sih cuci kapal"
ah ada-ada saja temanku!!

Tuesday, October 7, 2008

obralan maaf

obral maaf..
aku meminta maaf
berharap diberi maaf
obral maaf..
dia meminta maaf
dan aku memberi maaf
obral maaf!
obral maaf!
aku bingung dengan kata maaf
kuresapi hakikat maaf
maaf kadang seperti obat
dan kadang tak seperti apa-apa
golongan manusia lain* memperalat kata maaf
mempermainkan hati calon pemberi maaf
aku bertanya pada diriku sendiri
apa aku termasuk pada golongan lain itu?
dalam sujud aku memohon ampun
karena aku amat dekat dengan golongan lain itu
aku terjebak dalam kelumrahan
seperti orang bodoh yang mengikuti arus zaman
tanpa tau arti
tanpa mengerti makna
tak memedulikan hierarki
dan mengabaikan filosofi
sungguh maafku begitu berarti
aku berlumur dosa
sungguh jabat tanganku tak hanya sentuhan belaka
aku tak mengobral maaf
aku tak mengobral maaf
aku pantas meminta maaf
beriku maaf!
*yaitu orang yang meminta maaf untuk membuat dirinya seakan-akan baik dan tak berdosa kemudian dia berbuat salah lagi dan meminta maaf kembali.

Monday, September 29, 2008

layangan

layangan pantai.
sembarangan mendapat tarikan dan uluran.
jangan terlalu ditarik! dia suka kebebasan.
jangan terlalu diulur! dia senang melayang.
talinya ada yang mengendalikan.
kini terasa dipermainkan.
anjing!!
tolong atur ketinggian.
bangsat!!
aturlah keseimbangan.
dia berteriak namun tak didengar.
merintih tak ada yang memedulikan.
sebenarnya layangan itu begitu memesona.
tapi karena kejauhan,tak satupun orang pantai melihat.
lama-lama talinya putus.
di daratan orang berlari mengejarnya.
malawan angin yang membawanya.
layangan fobia ketinggian.
layangan fobia ketinggian.
jangan jadi layangan!
berhenti jadi layangan!
layangan fobia ketinggian.
layangan fobia ketinggian.
basahi ragamu agar tak jadi terbang.
layangan fobia ketinggian.
layangan fobia ketinggian.
belajarlah menyukai ketinggian.

*maaf demi keaslian tulisan, ada kata yang tidak lulus sensor

gelang hampir putus

gelang oleh-oleh dari kota(pedalaman) hampir putus. tak aneh. karena siang malam kupakai. mandi tetap kukenakan. sudahlah hanya sebuah gelang. eit,tapi bukan sembarang gelang,itu punya nilai historis tinggi. aku akan segera meletakkan gelang bernilai itu. takut putus ditangan dan aku tak sadar. hai gelang,kuistirahatkan kau! jangan berburuk sangka. kuingin kau tetap teranyam. tidak putus begitu saja. nilaimu begitu tinggi. sayang jika tersia-siakan.

Wednesday, September 10, 2008

nol tidak dan atau bukan kosong

berselancar diatas gelombang sasana
kami mulai menggoreskan pena
bertatap muka dalam gedung tinggi sudah tua
lalu mulai berkata-kata
dimulai dengan celotehanku tentang angka 0 (nol)
sekali lagi itu angka bukan sesuatu yang tak ada
tiga orang dihadapanku sedikit mengerutkan keningnya
mengangguk tanda setuju
jangan sekali-kali menyebut angka nol dengan kata kosong
nol tidak kosong
nol tidak tak bernilai
nol merupakan sesuatu yang ada
apa jadinya suatu persamaan kuadarat sama dengan kosong?
apa yang akan anda lakukan terhadap operasi persamaan tersebut?
sekali lagi nol tidak dan atau bukan kosong.

Saturday, August 2, 2008

tamansari entah dimana

apa nama cafe ini? aku tidak tahu. yang pasti tadi terlihat tulisan HOTSPOT AREA dan kuputuskan untuk masuk. jangan gila!! gedung annex buka lagi jam satu nanti sedangkan aku bocah garut harus menunggu satu jam lagi. lelucon macam apa ini? keringat keluar deras karena hari memang sangat panas. nikmat sekali mengalami hal seperti ini. ADISI. iya adisi untuk pergi sendiri. itulah yang namanya menuju hidup mandiri. KTP ini akhirnya sangat berfungsi. bocah yang dulunya tolol kini harus bepergian sendiri.
ada sedikit deskripsi mengenai tempat ini. berjalan sekitar sepuluh menit bahkan lebih dari gedung annex (direktorat ITB) menjauhi flyover. hampir saja putus asa mencari tempat yang bisa online. rumah makan padang yang melambai mendukung keputusasaanku dan menggiringku masuk untuk makan. tentu tidak. aku kurang cukup lapar. dan tak mau terlihat bodoh makan sendiri.
satu jam begitu cepat ternyata,aku harus kembali ke gedung bodoh tak berlogika itu. kapan aku harus berhenti mengantre? apa-apa mengantre. ini itu baris lagi baris lagi. adakah sistem yang lebih efisien untuk digunakan. tak ada salahnya mengambil formulir di alam maya.
kali ini aku bagai tercecer! barisan orang-orang yang bermata sipit dan melihatku sama seperti melihat mesin. apakah ini yang dinamakan manusia?
hha..aku tertawa,,padahal tak perlu seperti inipun mereka sudah terlihat jenius. tak perlu berlagak sok serius. atau memang semuanya serius?

Monday, May 19, 2008

grafik kehidupan

Banyak sekali manfaat matematika. Termasuk analoginya dengan kehidupan. Perhatian saya jatuh pada suatu kurva mulus yang menghadap ke bawah. Persamaannya ax2 + bx + c dengan a negatif dan c merupakan suatu bilangan konstanta. Tentu jika melihat persamaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa titik puncak kurvanya bernilai maksimum.

Begitu pula dengan hidupnya suatu makhluk. Dari tak bernilai dapat dibuat berharga dengan mengganti variabel x-nya. Bayi belajar makan makanan yang lunak semakin keras, semakin keras lagi, kembali lagi menjadi lunak dan tak bisa makan sama sekali. Tingkat produktivitas yang paling tinggi digambarkan pada titik puncak kurva tersebut. Namun hanya Yang Maha Esa saja yang mengetahui sepanjang apa kurva yang akan tebentuk dan kapan terjadi titik puncak tersebut.

Allah Maha Bijaksana. Manusia tidak perlu tahu kapan zenith dan nadir itu. Bayangkan kalau manusia tahu kapan, bagaimana dan dimana. Untuk itu setiap dentingan jam yang diberikan harus dianggap suatu zenith dari suatu kurva kehidupan yang sedang kita jalani. Tiap titiknya harus merupakan titik puncak agar saat tinta untuk membuat kurvanya habis. maka habis tersebut dalam keadaan bernilai maksimum.

aman!!

Kenapa namanya harus BADminton tidak GOODminton? Siapa yang menamainya? Adakah yang mengetahuinya? Coba ceritakan pada saya.

I luv indonesia. tiga kata yang pantas terlontar saat menyaksikan perebutan piala Thomas & Uber Cup 2008. Walaupun indonesia kalah tapi rasanya cukup puas mendapatkan medali perak bagi kaum kartininya.

Aman. Ya penonton yang memadati Istora Senayan sangat menjaga keamanan. Supporter yang biasanya anarkis jiga menderita kekalahan kini tidak lagi. Tepuk tangan bergemuruh di sela pertandingan. Baik shuttle cock jatuh di lapang lawan maupun di lapang sendiri. Tak peduli point untuk siapa atau service milik siapa, gebukan dua balon tetap terdengar nyaring. Pertahankan!

Lihat jarak antara penonton dengan lapang badminton di Istora. Pembatasnya hanya sebuah papan pariwara sponsor saja. Begitu dekat dengan hakim garis dan pemain yang hendak membuang peluh. Tak ada penonton yang melempar sesuatu ke lapang apalagi sampai memukul wasit. Ini menunjukan bahwa tingkat kesadaran masyarakat semakin tinggi. Sportivitas semakin dijunjung tinggi pula. Jika diamati tentu itu bukan suatu kebetulan belaka. Hal-hal tersebut menrefleksikan beberapa aspek kehidupan yaitu nilai-nilai religi, moral dan sumber daya manusia. Kenapa? Karena tingkat kesadaran masyarakat bisa dikatakan berbanding lurus dengan tiga aspek tadi.

Anarkisme masyarakat dapat dijadikan salah satu indikator unemployment. Radikalnya untuk apa melakukan hal-hal memalukan seperti melakukan pengrusakan jika di luar sana masih banyak urusan dan pekerjaan yang belum terselesaikan. Selain itu bagi yang taat beribadat pasti ingin segera ketemuan dengan Sang Khalik untuk berzikir dan berdoa. Bukan begitu?

Tentu saja ini suatu proses untuk maju. Saya yakin indonesia akan maju. Jangan jauh-jauh ingin menjadi pesaing adidaya. Kita mulai saja dari hal-hal sepele seperti tadi. Perlahan akan merambat ke segala bidang tak hanya menonton badminton yang aman, tapi bidang ekonomi, politik, sosialnya juga tak akan kalah amannya.

Saturday, May 10, 2008

Oom Bill Gates Singgah ke Rumahku

“Time is money” mungkin itu menjadi salah satu dari beribu-ribu motto hidup yang Bill Gates miliki sehingga dia hanya mempunyai waktu 48 jam saja untuk menginjakkan kakinya di Indonesia. Ingin sekali bertatap muka dengan penggagas microsoft ini sekadar minum kopi bersama dan berbicang-bincang alakadarnya. Just ask him directly. Dengan begitu tidak perlu berebut microphone dengan para mahasisiwa atau berusaha mengacungkan tangan tinggi-tinggi berusaha menarik perhatian moderator atau bahkan kalau tidak ditunjuk juga saya harus membawa megaphone abahku. Jangan! Nanti diseret security, dibanting processor dan dilempari mother board.

Oom engGates, begitulah sapaan akrabku kepadanya. Karya nyatanya selalu menemani saat membuat tugas sekolah. Tentu saja dia sudah sangat dekat dengan kami, anda, dan kita semua. Dialog munggaran saat dia singgah dulu ke rumahku ya tentu saja ” How do you do. I’m ani. Nice to meet you.” Dia akan menjawab “How do you do. Nice to meet you too.” Overconvident! Kenapa dia tidak menyebutkan namanya. Biarlah memang semua orang sudah tahu siapa dia. Salah satu orang terkaya di dunia* ini ku suguhi kopi asli Indonesia. Kopi pahit tanpa gula. Dukun saja banyak-banyak meminum kopi semacam itu jadi pandai meramal dan menyantet. Kalau microsoft dilengkapi fasilitas seperti itu menarik juga. Dia bilang dia kesini menggunakan pesawat pribadi. Helaan nafas panjang. Diafragma kontraksi. Volume dada membesar. Tekanan mengecil. Udara luar masuk. Untung saja dia tidak merasakan kesan pertama yang buruk saat memasuki jalan menuju gerbang Indonesia digenangi air asin. Banjir air laut!!

Tidak banyak berbasa-basi aku mengajak oom engGates melihat komputer kesayanganku.

“ Look at my computer! In 2008, I’m still using Office 2003.
I don’t have a latest one.
Poor me.
Its look so classic, isnt it?
I use dial up for my internet access at my home.
The fastest speed is just 56,6 KBps.
Sometime I go to internet access rent, we call it warnet, the maximum speed is 100 Mbps.
But it use for till 10 units of computer some warnet have more than 10. with these facilities, I cant download my fav band video clips fast.
To get just 4 videos I need 1 hour in day, 30 minutes in night.
I have limit time so I cant stay online for much time.
John, Flea, Anthony and Chad will be sad if I leave them earlier.
Do you understand what I mean?
Hmm,,this one my problem, the original software CD installers are too expensive for me as student.
In the other side I need them.
I cant refuse the piracy. Sorry.
Do you have an idea to solve my problem?”

Seperti itulah kalau oom engGates datang ke rumahku.

Salut! Walaupun anak DO-an Harvard University, dia tidak patah semangat. Kenapa di DO ya? Apa karena tertanggap basah sedang bersama anggota DPR saat disergap polisi karena tuduhan korupsi? Tentu saja bukan.

Sebagian orang di Indonesia mengikuti perkembangan IT dengan baik. Menyambut digital decade. Bersua dengan orang di seluruh dunia tanpa batas jarak. Bagaimana dengan yang sebagiannya lagi. Jangankan memikirkan informasi. Membeli minyak tanah saja kurang mampu. Sembako terus naik. Anak yang harusnya diberi asupan gizi agar membantu pertumbuhan otak, malah menderita busung lapar, gizi buruk, atau marasmus. Kejadian ini begitu timpang. Anak kecil yang harusnya menjentikkan jari-jarinya di atas keyboard dan menatap layar monitor terpaksa melepaskan baju seragam untuk membantu orang tua mencari sesuap nasi. Miris sekali. Beberapa golongan kurang siap akan digital decade yang oom Bill Gates katakan. Bagaimana ini?

Oom baik sekali memberi bantuan pada kami dengan memberikan harga 200 dolar saja untuk satu unit komputer dengan software gratis. Tapi oom kalau amal jangan kepalang tanggung. Sudah saja gratiskan. Sumbangannya langsung dalam bentuk barang dan serahkan langsung pada sekolah-sekolah yang berhak. Jangan terlalu banyak distributor. Bisa-bisa dari 10 komputer yang disumbangkan hanya 1 saja yang masih utuh.

Sering-seringlah datang kemari. Negara jamrud khatulistiwa. Semoga badan anda membawa virus baik yang mewabahi generasi muda dalam berkarya. Selamat jalan. Nanti kami yang gantian mengunjungi microsoft coorp. Tunggu ya!

*versi salah satu majalah United States

Detektif Krupuk

Hari ke hari krupuk yang biasa menemani nasi makan ini semakin mengecil saja. Ada dua opsi dalam perubahan pada diri krupuk yaitu jika harganya naik maka besarnya tetap dan jika harganya tetap kerupuknya yang mengecil.

Ternyata bukan Conan saja yang badannya mengecil. Krupuk juga. Aku bertanya pada pedagang kenapa ini seperti bukan krupuk yang biasa. Pedagang itu malah seperti curhat akan melonjaknya harga bahan-bahan dasar. Menyesal kubertanya. Tak bisalagi berkata-kata. Memang seperti itu keadaannya. Aku tak begitu mengerti dengan keadaan ekonomi. Hanya mendengar dari para pedagang martabak dan gorengan saja. Banyak yang mengeluh. Kapankah ini berakhir? Ku rindu gelak tawa pedagang mujur nan banyak untung.

Saturday, May 3, 2008

Dari mana asalnya kata?

Mudah sekali berkata-kata. Merangkainya membentuk frasa atau kalimat. Lengkap atau tak lengkap. Lontaran pasti mengandung makna. Kenapa bisa berbeda-beda? Darimana asalnya kata? Kenapa ada bahasa?

Percakapan singkat membicarakan anak muda yang mengalami kecelakaan lalu lintas tidak lain karena mabuk saat berkendara. Lantas menyebutnya dia mati. Bandingkan dengan orang itu tewas seketika. Beliau meninggal dunia. dia wafat ditempat. Beliau telah gugur.

Setiap makna terkesan berbeda. Huruf-hurufnya adalah bentuk penghargaan dan penobatan. Krisis kata-kata membuat ungkapan baik yang terlontar mahal harganya. Entah pengusaha kata mana yang menimbunnya. Atau tambang kata sudah semakin langka. Dan pemerintah memberhentikan subsidi kata. Semua satu arti tapi beda makna. Ah dalam kalimat itupun secara etimologi arti sama dengan makna. Tapi kubuat beda. Kembali. Mati memberi aksen kurang berarti. Jika kurang berarti tidak maka mati memberi kesan tidak berarti. Ambil generalnya mati,tewas, meninggal dunia, wafat dan gugur membentuk suatu polisemi. Berlaku majas ameliorasi dan peyorasi. Berlaku pula hukum relativitas Einstein. Kata mati bisa saja relatif peyorasi terhadap orang yang nyawanya melayang lantaran merampok, memperkosa dan membunuh orang kemudian dia bunuh diri. Kata mati terlalu halus.

Sadar atau tidak manusia hidup untuk mendapatkan kata. Kata-kata akhir yang tidak dapat didengar secara biologis. Mungkin bisa secara magis. Kesimpulan mana yang akan disandang. Dengan dan seperti apa kita membayar.

Tuesday, April 29, 2008

Paranoia

Darah muda yang segar. Kini tidak lagi. Masa pagi tak lagi harap. Menguap bersama aroma air setan. Tubuhnya rusak. Terlihat kian murah. Bahkan tak berharga. Tak lagi molek. Apa itu yang disebut modern?

Bersembunyi dibalik kata sexy. Mengumbar tubuh. Semakin jalang. Menghambur harta. Membuat terbang katanya. Membikin senang kilahnya. Adaptasi dengan kerabatnya. Masa kini penuh bangga. Sekali lagi terdengar kata sexy. Botol ditangan kanan. Kertas bertembakau adiktif di tangan kiri. Menambah kesan suram. Otak kosong. Perasaan dangkal. Pikiran bolong. Kata-kata kotor menambah impresi tolol. Komunitas haram. Tema bicara tak intelek. Terhanyut dalam kesenangan. Penyakit kutukan datang. Merasuk bersama aliran nadi. Kuat akal iblis. Tak berintrospeksi. Malah balik mengutuki. Tak tahu diuntung. Pantas dilaknati. Kelam menyelimutimu kawan. Segera beranjak. Lakukan sesuatu. Lawan penyakit itu! Masih ada waktu. Masih banyak waktu.

Segala rekomendasi disetujui. Tak ada sedikitpun bukti. Hanya mengangguk saja. Tertutup kalbu. Tersumbat hati. Gendang telinga semipermiable. Semakin bodoh. Bagaikan sampah. Sampai kapan terus begitu?

...dan malam...

Udara malam hari katanya dingin. Tapi tidak dikamarku. Peluh menetes dari sela pori. Membasahi ari. Lembapkan baju. Kubuka jendela kamar. Kududuk diatasnya. Aura malam mulai terasa. Dingin memukul pori hingga menciut. Mengeringkan raga penuh peluh. Sejuk terasa. Menggigil lama-lama. Langit hitam panorama malam. Kelam tapi tak suram. Kerlip bintang kupandang. Cahaya bulan kutatap. Sering kali kududuk di jendela. Melihat langit. Tapi selalu istimewa. Di atas sana ada gundukan inspirasi. Tak habis kupetik. Kubaca syair paling indah yang pernah terdengar. Surat ke-86. At-Tariq artinya yang datang di malam hari. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Demi langit dan yang datang pada malam hari. Tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu? (yaitu) bintang yang cahayanya menembus. Tidak ada suatu jiwapun (diri) melainkan ada penjaganya. Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?

Tubuh dan semua organ yang terdapat didalamnya mengecil. Meruntuhkan teori atom Dalton yang menyebutkan atom adalah bagian yang terkecil dari suatu zat. Akulah suatu paling kecil dari yang terkecil. Tak ada apa-apanya. Tak ada yang dimiliki. Hanya tertitipi. Tapi kadang semua titipan ini membuat tinggi hati melebihi langit-langit tadi. Resapi ayat-ayat tadi. Semakinlah mengerti. Manusia dibuat dari tanah. Ingatlah. Pijakkan hati disana. Layangkan pikir tinggi-tinggi. Tapi tetap tancapkan hati di bumi. Tak usah meninggi. Tak usah meninggi. Tak usah meninggi.

cannot be hidden

Terkesan akan kata-kata Habiburrahman El-Shirazy dalam salah satu bukunya,
”love and a cough cannot be hidden” kucoba untuk menginterpretasikannya. Fantasiku mengapung, mencoba mendalami apa maknanya. Ku rumuskan suatu daftar di pikirku. Ternyata yang menjadi urutan pertama dari suatu hal yang tak bisa disembunyikan adalah – maaf – buang angin. Kulambungkan lagi fantasiku. Kuingin fantasi itu mengarah pada titik simpul tak konyol. Tapi tetap saja jawabannya seperti itu. Memang seperti itulah. Hari ini fantasiku benar-benar jujur. Dan tentu saja kuhargai semua kejujuran. Memang terkadang menahannya membuat perut kembung dan terasa tidak nyaman. Peringkat kedua suatu hal yang tak bisa disembunyikan versi fantasi liarku diduduki oleh rasa kantuk dan sakit perut. Keduanya membuat rautku menjadi – kata teman-temanku – abstrak. Ekspresi tambah datar. Hilang segala keceriaan.

Monday, April 28, 2008

Treno Politica

Treno PoliticaSporadis! Satu demi satu bermunculan wajah baru di kancah politik. Mereka yang semula kerap nampang di majalah gosip murahan, kini mejeng di majalah politik dan surat kabar. Maju atau maksa? Tongkrongan baru bagi mereka yang senang membuat ulah. Menarik sekali menurutku.

Bermodal bohong saja sudah ingin menjadi pemimpin. Dasar pendusta! Apa yang sebenarnya mereka inginkan? ingin menjadi plagiator Ronald Reagan yang mengganti status pemain film menjadi pemimpin? Trend sekali memang.

Ego mulai menggeliat. Harta. Tahta. Wanita. Tiga kata mati yang umumnya ingin dituju. Tidak aneh kalau pejabat tinggi yang sudah kaya tertangkap basah bermain wanita. Itu hanya ketiban sial saja. Hal itu sudah menjadi rahasia universal. Mereka tidak punya kaca. Bisanya hanya mengintimidasi musisi. Selalu membela diri. Belaga sok suci. Tahu apa anda tentang seni?

Memberi ekspektasi. Berspekulasi. Apa semua akan terealisasi? Lihat saja nanti. Mengatasnamakan rakyat. Menjanjikan kesejahteraan rakyat. Semua tercium busuk. Terlihat nista. Kesejahteraan rakyat dan kemakmuran pribadi bercampur aduk. Kesalahan menjadi maya. Berpura-pura bahagia. Kuyakin hati kecilnya berkata tidak.

Duit lagi duit lagi ujung-ujungnya. Jangan mengelak. Malaikat canggih sekali. Ragamu dilengkapi lie detector! Jadi walaupun mereka sedang berjemur, mereka tetap bisa memonitor dari kejauhan.

Kutunggu sosok pemimpin panutan bangsa. Ibu pertiwi sudah lama menanti. Silakan penuhi daftar anggota partai. Tapi jangan hanya berikrar. Buktikan! Lakukan! Silakan cekik leher anda dengan dasi. Tapi jangan cekik leher kami!!!

Friday, April 25, 2008

Tiga tiga

tiga tahun telah
proses sudah
membaca wacana
menoreh kertas
menghitung angka
membuat hipotesis
membuktikan rumus
menelaah teori
mempelajari postulat
menerapkan hukum
menggunakan ejaan
lekatkan kata baku
untuk sebuah kalimat efektif

tiga hari telah
pertarungan sudah
logika tertantang
nalar menggebu
tahuku diuji

tapi hari-hari itu
terasa
muak!
sesat!
laknat!!

bukan pertarungan
melainkan latihan
bukan jawaban
melainkan kesepakatan

apa ini?
buat apa aku duduk di sini?
buat apa aku menghitami kertas ini?
kenapa kita begini?
kenapa disini begini?
apa semua seperti ini?
apa ada yang tidak seperti ini?

pembohongan!
penipuan!
dasar sialan!

buang-buang waktuku saja!!

Kalimat-kalimat itu keluar dari benakku begitu saja. Satu jam sebelum waktu ujian berakhir sekaligus berakhirnya ujian nasional aku menulis pada kertas yang pengawas berikan. Satu jam terasa lama sekali bagiku saat itu. Banyak sekali yang kupikirkan. Pikirku mulai melayang. Kertas buram itu mulai penuh. Gambaran luapan emosiku.

Tepat di belakang kursiku ada vina.
” ge apa lw?” sambil mencolek punggungku.
”nulis” jawabku malas.
Dia melihat ke arah kertas buramku, seakan ingin tahu. Kuperlihatkan sebentar lalu kutarik lagi karena akan kulanjutkan.
”ni,masih lama. Gw laper. Perut gw kerubukan. Udahan az yu!
Kumpulin! Lw udah jga kan?” dia berikan rekomendasi.
”yu,ntar,priksa dlu”
Kami keluar ruang ujian dan mengambil tas yang tadi pagi dikumpulkan di ruang guru.
”niii” terdengar suara meli lantang. Aku tak menjawab hanya tersenyum saja.
”kumaha?”
”hehe..”
Mbak-mbak menyuruhku masuk kelas. Dia bilang ada pengarahan. Di depan pintu ada guru geografi menyuruhku masuk juga. Aku dan meli masuk kelas itu. Mbak-mbak itu memberiku selebaran.
”eh ni no 10 beda nya?
Mew mah B”
”A”
”ih B ni..”
“wah?” jawabku kurang peduli dengan jawaban mana yang benar.
”iyah ani A uci juga” suci menguatkan pendapatku.
”heeh uput juga A ni,kan kalo hipertonis airnya bakalan berosmosis ke yang hipotonis.” jelasnya tanpa kupinta.
”ih ni,kamari teh dijelaskeun di omega” bela meli.
”wah?”
”ihh uci yakin A”
Kepalaku berbalik-balik arah seperti menonton Taufik Hidayat vs Lin Dan saja. Tak perlu berkomentar pikirku. Pusing. Lalu kubaca selebaran tadi. Selintas kubaca AKBID. Ternyata itu promosi. Terjebak. Meli melihatku matanya berbicara. Mengajakku kabur. Kebetulan sekali. Fajar dari luar memanggilku.
”ni,payung di kelas”
”eh iyah jey”

Langsung aku keluar dari jebakan itu dengan menarik tangan meli. Jelas-jelas payung yang disebut-sebut fajar bukan milikku. Itu hanya alasan agar dapat keluar. Kabur. Pulang. Tidur. Rencanaku dan meli.

Di perjalanan seperti biasa kita berbincang.
”beres oge ni”
”heeh”

Kurang lebih tiga tahun kami pakai putih-abu. Kemudian hari akan berganti. Tiga tahun itu rasanya ditentukan oleh tiga hari. Kenapa? Rasanya kurang adil. Kenapa tidak jadikan negara maju sebagai referensi. 80% ditentukan oleh proses. Sisanya baru hasil akhir. Biar mengurangi kecurangan. Kasihan sekali orang yang rajin mengerjakan tugas,datang tepat waktu tapi kurang koneksi.

Wednesday, April 23, 2008

Bukan Sekadar Diary

Tak seperti kebanyakan orang yang membuat blog untuk menuliskan kronologi kejadian yang dialami setiap hari lengkap dengan waktu dan tempat kejadian seperti rentetan sejarah yang tak pernah kuhafalakan dan tak sedikitpun kuberniat menghafalkannya, blog ini dibuat sebagai suplemen tempatku menumpahan gagasan, ide, inspirasi yang tumpah-ruah dari segala bentuk pikiran dan emosi bilamana mp4 playerku sudah kehabisan energi, pensil superku, John , sudah kelelahan memuntahkan karbon hitamnya ke atas kertas, kertas-kertas putih dikamarku sudah penuh dengan coretan dan gambar, kaset-kaset dan CD sudah cukup pusing karena terus kuputar, speaker yang mulai serak seperti orang radang tenggorokan atau bahkan berteriak seperti vokalis aliran musik underground, program winamp yang sepertinya sudah bosan melihat mukaku dibalik monitor dan tak henti-hentinya memilih lagu untuk dijadikan playlist. Ya,boleh dikatakan blog ini adalah hasil koordinasi otak kanan dan kiri serta organ yang berada di rongga perut sebelah kiri.

Tidak menulis diary bahkan tidak mempunyai buku diary bukan berarti terlalu banyak sesuatu yang privacy, melainkan sejak kecil memang tidak terbiasa dan tidak mau terbiasa. Coba saja lihat anak perempuan Sekolah Dasar sekarang, setidaknya mereka punya dua buku diary, yang satu untuk dirinya yang satu lagi untuk menuliskan biodata temannya. Tak jauh berbeda dengan zamanku masih SD dulu, aku pernah mengisi biodata lengkap seperti hendak mengisi format lamaran kerja di dalam buku diary temanku, dan seperti aturan pengisian yang ditetapkan pemiliknya, aku menuliskan curhatanku disana. Buku diary itu terus berputar ke tangan teman-teman yang lain di dalam satu kelas sampai akhirnya semua sudah mendapat bagian. Buku diary yang tidak terlalu tebal, bersampul warna mencolok dan bergambar barbie itu hampir penuh dengan tulisan. Setelah semuanya mengisi, kurang lebih satu bulan , akhirnya diary bergilir – seperti kejuaraan karate saja – kembali ke tangan empunya. Akupun penasaran ingin membaca biodata dan curhatan teman-teman yang lain karena kebetulan aku diberi kesempatan sebagai pengisi pertamanya. Kubuka halaman pertama, jelas namaku yang pertama kubaca, My God!! mukaku memanas, kulitku yang hitam sepertinya akan terlihat ungu ketika malu, setelah kubaca lagi tentang apa yang telah aku dan teman-temanku tulis aku menilainya sebagai sesuatu hal yang NORAK dan banyak hal yang tak penting untuk ditulis, memalukan saja! Uh, apa yang kulakukan sebulan yang lalu? Menerima tawaran menulis dalam buku diary yang ku tak tahu apa maksud dan tujuannya. Bodoh sekali!! Tulisanku yang buruk akan mencerminkan seperti apa aku ini. Sejak saat itulah aku tak berhubungan lagi dengan yang namanya diary meski saat di toko buku mamaku kerap menawari sebuah diary.

Antidiary sudah melekat sampai aku berumur belasan seperti saat ini. Binderku penuh dengan rumus-rumus matematika, contekan biologi, lirik lagu dan gambar luapan emosiku, bukan berisi pernyataan sayang terhadap lawan jenisnya atau lontaran pertanyaan yang ditujukan pada kertas-kertas tuna rungu yang tak kan pernah bisa menjawabnya. Suatu hal yang tak perlu dilakukan – menulis curahan hati – karena tanpa itupun orang-orang yang dekat denganku tahu sedang dalam keadaan apakah aku sekarang. Hal yang mudah bagi mereka mengetahui jika sesuatu menimpa diriku karena jika aku yang seperti kutu loncat dan cacing kepanasan, tak pernah bisa diam atau sejenak berhenti berbincang, tersenyum dan tertawa ini diam seperti volume suara yang ter-mute itulah puncak ketidaknyamananku terhadap sesuatu. So throw away your diary!!!!!!

Terang saja blog inipun bukan sekadar diary yang akan membuat aku sendiri muak ketika membacanya lagi karena – jujur – aku payah dalam hal mencurahkan isi hati. Silakan anda yang berada di depan monitor membacanya, jangan lupa pula tinggalkan serangkaian kata untuk mengkomentari apa yang kutulis.