Tuesday, January 27, 2009

roadshow...


Acara ini merupakan rutinitas tahunan yang diadakan Forum Mahasiswa Garut ITB. Sebagai angkatan termuda, saya bertugas sebagai ujung tombak pelaksanaan acara ini. Kami mendatangi (sedikit) SMA-SMA untuk memberikan informasi mengenai ujian masuk perguruan tinggi khususnya ITB. Pada dasarnya misinya seperti itu. Namun, secara frontal saya sedikit mengesampingkan jas almamater berwarna hijau tua. Kenapa? Ini kota saya. Siapapun harus dapat bersekolah. Dimanapun. Bagaimanapun.

Mungkin banyak diantara adik kelas yang saya datangi tidak tertarik memiliki ijazah bercap gajah aneh yang sedang duduk diatas buku terbuka ini. Bahkan mungkin lagi ada beberapa yang tidak berniat melanjutkan sekolah karena sesuatu hal. Saya kurang lebih dapat membedakan ekspresi wajah-wajah saat mereka saya datangi.

Sekolah yang terdatangi diantaranya SMA Cikajang, SMA Cibatu, SMA 1 Garut, SMA 1 Tarogong Kidul, SMA Cisurupan, SMA Malangbong, SMA Karangpawitan. SMA tanpa angka berlokasi lumayan jauh dengan garut kota sebagai pusat kota. Dengan letak geografis yang demikian tentu terdapat beberapa perbedaan. Tanpa mengurangi rasa simpati saya sering menyebut lokasi itu sebagai garut coret jika sedang ingin meledek teman saya yang berasal dari sana.

Banyak yang menarik dari sekolah-sekolah itu walaupun jelas sangat berbeda dengan sekolah almamater saya. Ketika saya masuk ke kelas di sekolah yang dulu menjadi tempat saya belajar, sebelum memperkenalkan diri, dengan tepukan tangan dari adik kelas bahkan beberapa anak terdengar menyebut kata asyik, mereka menyambut hangat kedatangan saya dan dua teman yang tidak lain teman sekelasku saat SMA. Sesungguhnya saya tidak perlu berformalitas ria untuk memperkenalkan diri karena adik kelas itu tidak lain adalah teman-teman saya sewaktu SMA. Tetapi sekarang lain ceritanya. Mereka yang sering mengobrol di kantin bersama dan memanggilku tanpa embel-embel Kakak, Mbak atau Teteh kini memaggilku di kelas dengan embel-embel tak penting seperti itu sebagai tanda acara resmi. Ya, kaya sekali akan informasi karena dikelas saja bebas mengakses internet dengan fasilitas yang tersedia. Mungkin sedikit terbayang tentang ruang kelas standar internasional yang representatif dilengkapi fasilitas berteknologi mutakhir. Itu sebagai pembanding saja. Karena sebenarnya bukan itu yang akan saya deskripsikan.


Sekolah tak berangka itu memang sekolah favorit daerah yang tercantum. Mendengar cerita guru-guru yang mengajar disana, siswa yang bersekolah disana memiliki ekonomi yang cukup untuk meneruskan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi namun motivasi dan wawasan mengenai pendidikan orang tua mereka tidak lebih tinggi dari status ekonomi yang mereka punya. Walaupun secara pribadi saya mendukung orang yang tidak melanjutkan sekolah dengan alasan yang sangat kuat dan memiliki pekerjaan bahkan membuka lapangan kerja sendiri setelah lulus sekolah. Namun ini lain halnya, mereka tidak meningkatkan skil dengan les atau mengikuti berbagai seminar atau menambah wawasan dengan menggali informasi dari berbagai media. Seteah lulus, bertani, menikah, beranak, menyekolahkan, terus demikian tanpa progress signifikan. Beberapa orang tua mungkin berpendapat bahwa signifikasi pendidikan tidak sebanyak praktik saat mencangkul langsung. Sebelum guru itu menjelaskan sedikit latar belakang siswa yang beliau ajari, sedikitnya saya sudah mengetahui hal tersebut buah percakapan petang bersama orangtuaku setelah makan malam. Orangtuaku selalu memiliki topik menarik untuk diperdebatkan, walau tidak jarang perbincangan itu bersambung entah kapan akan tersambung lagi.

Saya sangat senang merubah ekspresi orang, merubah mimik mereka yang terlihat muram, kurang bergairah menjadi sesuatu yang cerah penuh antusiasme dan rasa penasaran akan sesuatu hal. Saya juga senang melihat orang menyesal. Menyesal karena tidak mendengarkan informasi dari awal.

Menjadi ujung tombak acara roadshow ini tidak terlalu jauh dengan salesman dan salesgirl. Harus bisa mengajak orang mengikuti alur cerita dan tiba-tiba ditengah problema yang kita beri, rekomendasikan suatu pemecahan masalah. Disitulah akan terlihat perubahan mimik yang terlalu indah untuk dinikmati.

Cita-cita untuk meningkatkan mutu pendidikan orang Indonesia bukan perkara yang mudah ternyata. Mulai dari hal kecil seperti ini saja sudah menuai banyak cerita. Dengan orasi yang sedikitnya akan mengubah cara pandang mereka saya lihat beberapa diantara mereka mengiya-iyakan orasi provokatif saya. Itulah yang sebenarnya saya tuju. Memasuki. Merasuki. Menusuk. Meyakinkan. Mengajak. Dan mengubah.

Sebelum meninggalkan kelas tempat saya berorasi, saya mencantumkan nomor kontak saya, saya sedikit menekankan pada mereka untuk menghubungi saya saat mempunyai pertanyaan mengenai perkuliahan.

Kejutan..
Saya salah besar. Bohong belaka jika orang Indonesia tidak sadar akan pendidikan. Setelah mendapat sedikit penerangan, ternyata mereka sangat tertantang untuk mengenyam pendidikan. Tidak sedikit anak daerah menghubungi untuk menanyakan satu atau dua pertanyaan seputar perkuliahan. Bayangkan jika dari satu kelas sudah ada beberapa siswa yang berubah pola pikir setelah mendengarkan orasi, dalam satu sekolah seantero Indonesia tanpa terkecuali di pelosok akan berapa banyak orang yang sedikitnya terselamatkan dari pola pikir yang kurang tepat.

Itulah kurang lebih yang saya harapkan dalam acara roadshow ini. Adakah yang mempunyai inisiasi lain?