Monday, May 19, 2008

grafik kehidupan

Banyak sekali manfaat matematika. Termasuk analoginya dengan kehidupan. Perhatian saya jatuh pada suatu kurva mulus yang menghadap ke bawah. Persamaannya ax2 + bx + c dengan a negatif dan c merupakan suatu bilangan konstanta. Tentu jika melihat persamaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa titik puncak kurvanya bernilai maksimum.

Begitu pula dengan hidupnya suatu makhluk. Dari tak bernilai dapat dibuat berharga dengan mengganti variabel x-nya. Bayi belajar makan makanan yang lunak semakin keras, semakin keras lagi, kembali lagi menjadi lunak dan tak bisa makan sama sekali. Tingkat produktivitas yang paling tinggi digambarkan pada titik puncak kurva tersebut. Namun hanya Yang Maha Esa saja yang mengetahui sepanjang apa kurva yang akan tebentuk dan kapan terjadi titik puncak tersebut.

Allah Maha Bijaksana. Manusia tidak perlu tahu kapan zenith dan nadir itu. Bayangkan kalau manusia tahu kapan, bagaimana dan dimana. Untuk itu setiap dentingan jam yang diberikan harus dianggap suatu zenith dari suatu kurva kehidupan yang sedang kita jalani. Tiap titiknya harus merupakan titik puncak agar saat tinta untuk membuat kurvanya habis. maka habis tersebut dalam keadaan bernilai maksimum.

aman!!

Kenapa namanya harus BADminton tidak GOODminton? Siapa yang menamainya? Adakah yang mengetahuinya? Coba ceritakan pada saya.

I luv indonesia. tiga kata yang pantas terlontar saat menyaksikan perebutan piala Thomas & Uber Cup 2008. Walaupun indonesia kalah tapi rasanya cukup puas mendapatkan medali perak bagi kaum kartininya.

Aman. Ya penonton yang memadati Istora Senayan sangat menjaga keamanan. Supporter yang biasanya anarkis jiga menderita kekalahan kini tidak lagi. Tepuk tangan bergemuruh di sela pertandingan. Baik shuttle cock jatuh di lapang lawan maupun di lapang sendiri. Tak peduli point untuk siapa atau service milik siapa, gebukan dua balon tetap terdengar nyaring. Pertahankan!

Lihat jarak antara penonton dengan lapang badminton di Istora. Pembatasnya hanya sebuah papan pariwara sponsor saja. Begitu dekat dengan hakim garis dan pemain yang hendak membuang peluh. Tak ada penonton yang melempar sesuatu ke lapang apalagi sampai memukul wasit. Ini menunjukan bahwa tingkat kesadaran masyarakat semakin tinggi. Sportivitas semakin dijunjung tinggi pula. Jika diamati tentu itu bukan suatu kebetulan belaka. Hal-hal tersebut menrefleksikan beberapa aspek kehidupan yaitu nilai-nilai religi, moral dan sumber daya manusia. Kenapa? Karena tingkat kesadaran masyarakat bisa dikatakan berbanding lurus dengan tiga aspek tadi.

Anarkisme masyarakat dapat dijadikan salah satu indikator unemployment. Radikalnya untuk apa melakukan hal-hal memalukan seperti melakukan pengrusakan jika di luar sana masih banyak urusan dan pekerjaan yang belum terselesaikan. Selain itu bagi yang taat beribadat pasti ingin segera ketemuan dengan Sang Khalik untuk berzikir dan berdoa. Bukan begitu?

Tentu saja ini suatu proses untuk maju. Saya yakin indonesia akan maju. Jangan jauh-jauh ingin menjadi pesaing adidaya. Kita mulai saja dari hal-hal sepele seperti tadi. Perlahan akan merambat ke segala bidang tak hanya menonton badminton yang aman, tapi bidang ekonomi, politik, sosialnya juga tak akan kalah amannya.

Saturday, May 10, 2008

Oom Bill Gates Singgah ke Rumahku

“Time is money” mungkin itu menjadi salah satu dari beribu-ribu motto hidup yang Bill Gates miliki sehingga dia hanya mempunyai waktu 48 jam saja untuk menginjakkan kakinya di Indonesia. Ingin sekali bertatap muka dengan penggagas microsoft ini sekadar minum kopi bersama dan berbicang-bincang alakadarnya. Just ask him directly. Dengan begitu tidak perlu berebut microphone dengan para mahasisiwa atau berusaha mengacungkan tangan tinggi-tinggi berusaha menarik perhatian moderator atau bahkan kalau tidak ditunjuk juga saya harus membawa megaphone abahku. Jangan! Nanti diseret security, dibanting processor dan dilempari mother board.

Oom engGates, begitulah sapaan akrabku kepadanya. Karya nyatanya selalu menemani saat membuat tugas sekolah. Tentu saja dia sudah sangat dekat dengan kami, anda, dan kita semua. Dialog munggaran saat dia singgah dulu ke rumahku ya tentu saja ” How do you do. I’m ani. Nice to meet you.” Dia akan menjawab “How do you do. Nice to meet you too.” Overconvident! Kenapa dia tidak menyebutkan namanya. Biarlah memang semua orang sudah tahu siapa dia. Salah satu orang terkaya di dunia* ini ku suguhi kopi asli Indonesia. Kopi pahit tanpa gula. Dukun saja banyak-banyak meminum kopi semacam itu jadi pandai meramal dan menyantet. Kalau microsoft dilengkapi fasilitas seperti itu menarik juga. Dia bilang dia kesini menggunakan pesawat pribadi. Helaan nafas panjang. Diafragma kontraksi. Volume dada membesar. Tekanan mengecil. Udara luar masuk. Untung saja dia tidak merasakan kesan pertama yang buruk saat memasuki jalan menuju gerbang Indonesia digenangi air asin. Banjir air laut!!

Tidak banyak berbasa-basi aku mengajak oom engGates melihat komputer kesayanganku.

“ Look at my computer! In 2008, I’m still using Office 2003.
I don’t have a latest one.
Poor me.
Its look so classic, isnt it?
I use dial up for my internet access at my home.
The fastest speed is just 56,6 KBps.
Sometime I go to internet access rent, we call it warnet, the maximum speed is 100 Mbps.
But it use for till 10 units of computer some warnet have more than 10. with these facilities, I cant download my fav band video clips fast.
To get just 4 videos I need 1 hour in day, 30 minutes in night.
I have limit time so I cant stay online for much time.
John, Flea, Anthony and Chad will be sad if I leave them earlier.
Do you understand what I mean?
Hmm,,this one my problem, the original software CD installers are too expensive for me as student.
In the other side I need them.
I cant refuse the piracy. Sorry.
Do you have an idea to solve my problem?”

Seperti itulah kalau oom engGates datang ke rumahku.

Salut! Walaupun anak DO-an Harvard University, dia tidak patah semangat. Kenapa di DO ya? Apa karena tertanggap basah sedang bersama anggota DPR saat disergap polisi karena tuduhan korupsi? Tentu saja bukan.

Sebagian orang di Indonesia mengikuti perkembangan IT dengan baik. Menyambut digital decade. Bersua dengan orang di seluruh dunia tanpa batas jarak. Bagaimana dengan yang sebagiannya lagi. Jangankan memikirkan informasi. Membeli minyak tanah saja kurang mampu. Sembako terus naik. Anak yang harusnya diberi asupan gizi agar membantu pertumbuhan otak, malah menderita busung lapar, gizi buruk, atau marasmus. Kejadian ini begitu timpang. Anak kecil yang harusnya menjentikkan jari-jarinya di atas keyboard dan menatap layar monitor terpaksa melepaskan baju seragam untuk membantu orang tua mencari sesuap nasi. Miris sekali. Beberapa golongan kurang siap akan digital decade yang oom Bill Gates katakan. Bagaimana ini?

Oom baik sekali memberi bantuan pada kami dengan memberikan harga 200 dolar saja untuk satu unit komputer dengan software gratis. Tapi oom kalau amal jangan kepalang tanggung. Sudah saja gratiskan. Sumbangannya langsung dalam bentuk barang dan serahkan langsung pada sekolah-sekolah yang berhak. Jangan terlalu banyak distributor. Bisa-bisa dari 10 komputer yang disumbangkan hanya 1 saja yang masih utuh.

Sering-seringlah datang kemari. Negara jamrud khatulistiwa. Semoga badan anda membawa virus baik yang mewabahi generasi muda dalam berkarya. Selamat jalan. Nanti kami yang gantian mengunjungi microsoft coorp. Tunggu ya!

*versi salah satu majalah United States

Detektif Krupuk

Hari ke hari krupuk yang biasa menemani nasi makan ini semakin mengecil saja. Ada dua opsi dalam perubahan pada diri krupuk yaitu jika harganya naik maka besarnya tetap dan jika harganya tetap kerupuknya yang mengecil.

Ternyata bukan Conan saja yang badannya mengecil. Krupuk juga. Aku bertanya pada pedagang kenapa ini seperti bukan krupuk yang biasa. Pedagang itu malah seperti curhat akan melonjaknya harga bahan-bahan dasar. Menyesal kubertanya. Tak bisalagi berkata-kata. Memang seperti itu keadaannya. Aku tak begitu mengerti dengan keadaan ekonomi. Hanya mendengar dari para pedagang martabak dan gorengan saja. Banyak yang mengeluh. Kapankah ini berakhir? Ku rindu gelak tawa pedagang mujur nan banyak untung.

Saturday, May 3, 2008

Dari mana asalnya kata?

Mudah sekali berkata-kata. Merangkainya membentuk frasa atau kalimat. Lengkap atau tak lengkap. Lontaran pasti mengandung makna. Kenapa bisa berbeda-beda? Darimana asalnya kata? Kenapa ada bahasa?

Percakapan singkat membicarakan anak muda yang mengalami kecelakaan lalu lintas tidak lain karena mabuk saat berkendara. Lantas menyebutnya dia mati. Bandingkan dengan orang itu tewas seketika. Beliau meninggal dunia. dia wafat ditempat. Beliau telah gugur.

Setiap makna terkesan berbeda. Huruf-hurufnya adalah bentuk penghargaan dan penobatan. Krisis kata-kata membuat ungkapan baik yang terlontar mahal harganya. Entah pengusaha kata mana yang menimbunnya. Atau tambang kata sudah semakin langka. Dan pemerintah memberhentikan subsidi kata. Semua satu arti tapi beda makna. Ah dalam kalimat itupun secara etimologi arti sama dengan makna. Tapi kubuat beda. Kembali. Mati memberi aksen kurang berarti. Jika kurang berarti tidak maka mati memberi kesan tidak berarti. Ambil generalnya mati,tewas, meninggal dunia, wafat dan gugur membentuk suatu polisemi. Berlaku majas ameliorasi dan peyorasi. Berlaku pula hukum relativitas Einstein. Kata mati bisa saja relatif peyorasi terhadap orang yang nyawanya melayang lantaran merampok, memperkosa dan membunuh orang kemudian dia bunuh diri. Kata mati terlalu halus.

Sadar atau tidak manusia hidup untuk mendapatkan kata. Kata-kata akhir yang tidak dapat didengar secara biologis. Mungkin bisa secara magis. Kesimpulan mana yang akan disandang. Dengan dan seperti apa kita membayar.