Tuesday, April 29, 2008

...dan malam...

Udara malam hari katanya dingin. Tapi tidak dikamarku. Peluh menetes dari sela pori. Membasahi ari. Lembapkan baju. Kubuka jendela kamar. Kududuk diatasnya. Aura malam mulai terasa. Dingin memukul pori hingga menciut. Mengeringkan raga penuh peluh. Sejuk terasa. Menggigil lama-lama. Langit hitam panorama malam. Kelam tapi tak suram. Kerlip bintang kupandang. Cahaya bulan kutatap. Sering kali kududuk di jendela. Melihat langit. Tapi selalu istimewa. Di atas sana ada gundukan inspirasi. Tak habis kupetik. Kubaca syair paling indah yang pernah terdengar. Surat ke-86. At-Tariq artinya yang datang di malam hari. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Demi langit dan yang datang pada malam hari. Tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu? (yaitu) bintang yang cahayanya menembus. Tidak ada suatu jiwapun (diri) melainkan ada penjaganya. Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?

Tubuh dan semua organ yang terdapat didalamnya mengecil. Meruntuhkan teori atom Dalton yang menyebutkan atom adalah bagian yang terkecil dari suatu zat. Akulah suatu paling kecil dari yang terkecil. Tak ada apa-apanya. Tak ada yang dimiliki. Hanya tertitipi. Tapi kadang semua titipan ini membuat tinggi hati melebihi langit-langit tadi. Resapi ayat-ayat tadi. Semakinlah mengerti. Manusia dibuat dari tanah. Ingatlah. Pijakkan hati disana. Layangkan pikir tinggi-tinggi. Tapi tetap tancapkan hati di bumi. Tak usah meninggi. Tak usah meninggi. Tak usah meninggi.

2 comments:

Anonymous said...

Tulisanmu mengingatkanku pada malam pertama menghadapi moment penentuan 3 tahun banjir peluh kita.malam hari tanggal 21 April 2008, beberapa jam menanti angka 22 bergulir.Ketika sering kulihat kepalsuan dan kelicikan aku masih mengurut dada karena mungkin aku bukan siapa-siapa untuk mereka, lagipula yang berhak menentukan DOSA hanya DIA semata.Ketika kuteguhkan untuk tak terlibat kekhawatiran terus mencengkramku karena aku juga manusia biasa sama sepertimu, dia atau dia......
SEjenak ku hela nafas, menyegarkan seluruh urat syaraf yang masih menempel di raga ini,terutama urat saraf kranialku yang terus bekerja untuk takdirku esok hari.Ku berwudlu dan berlari keluar rumah mencari handuk hijauku.Ketika kusingkab handukku kulihat cahaya bulan yang membuatku trenyuh.Bagiku malam itu cahaya bulan teramat indah,cahaya yang berpendar timbul-tenggelam.Subhanallah....sejenak kulupakan kekhawatiran dan kedukaan itu....
Apa kamu juga sempat melihat cahaya bulan itu???
Memang benar kita hanya segelintir makhluk dari makhluk-makhluk-Nya di muka bumi ini.Dalam kesadaranku aku panjatkan do'a"Ya Allah malam ini chaya bulan-Mu teramat indah....Kumohon semoga 3 hari kami mendatang yang mendebarkan akan secerah malam ini, malam indah yang kau tunjukkan pada makhluk-Mu yang teramat kecil dn nista ini.Semoga cahaya-Mu tetp menerangi hati dan pikiran kami.....Semoga kami semua lulus.Amin..."
Untuk kamu sang Penulis......teruslah menulis agar tulisanmu menjadi sebuah pengingat, penyadar atau apalah.....Yang jelas tulisanmu menyadarkanku akan setitik arti kehidupan....Thank You!

sumarni ani said...

iya memang malam hari itu terang benderang. gelap malam itu terang bagiku. pada saat orang sibuk membuka buku matematika dan kamus bahasa indonesia saya memutuskan untuk tidur saja. berharap di alam mimpi berubah menjadi rajin membaca. ternyata tidak. tutupan mata tak menghasilkan mimpi. istirahat tanpa imajinasi. sering kali kualami. tak bermimpi. entah lupa.

titik itu besar sekali. tak ada garis jika tak adanya. manusiapun berawal dari titik. tidakkah anda menelaah judul wacana ini? diawalai dan diakhiri oleh titik-titik. itulah esensi yang kumaksud. tidak sembarang ku menekan toots keyboard. mengomando cpu untuk mengubah sinyal analog menjadi digital. nadir dan zenith adalah titik.

pertahankan niat baik yang anda ucap saat mulai membuka mata di pagi hari. setiap tingkah yang anda lakukan memberi inspirasi bagiku. terimakasih.