Friday, April 25, 2008

Tiga tiga

tiga tahun telah
proses sudah
membaca wacana
menoreh kertas
menghitung angka
membuat hipotesis
membuktikan rumus
menelaah teori
mempelajari postulat
menerapkan hukum
menggunakan ejaan
lekatkan kata baku
untuk sebuah kalimat efektif

tiga hari telah
pertarungan sudah
logika tertantang
nalar menggebu
tahuku diuji

tapi hari-hari itu
terasa
muak!
sesat!
laknat!!

bukan pertarungan
melainkan latihan
bukan jawaban
melainkan kesepakatan

apa ini?
buat apa aku duduk di sini?
buat apa aku menghitami kertas ini?
kenapa kita begini?
kenapa disini begini?
apa semua seperti ini?
apa ada yang tidak seperti ini?

pembohongan!
penipuan!
dasar sialan!

buang-buang waktuku saja!!

Kalimat-kalimat itu keluar dari benakku begitu saja. Satu jam sebelum waktu ujian berakhir sekaligus berakhirnya ujian nasional aku menulis pada kertas yang pengawas berikan. Satu jam terasa lama sekali bagiku saat itu. Banyak sekali yang kupikirkan. Pikirku mulai melayang. Kertas buram itu mulai penuh. Gambaran luapan emosiku.

Tepat di belakang kursiku ada vina.
” ge apa lw?” sambil mencolek punggungku.
”nulis” jawabku malas.
Dia melihat ke arah kertas buramku, seakan ingin tahu. Kuperlihatkan sebentar lalu kutarik lagi karena akan kulanjutkan.
”ni,masih lama. Gw laper. Perut gw kerubukan. Udahan az yu!
Kumpulin! Lw udah jga kan?” dia berikan rekomendasi.
”yu,ntar,priksa dlu”
Kami keluar ruang ujian dan mengambil tas yang tadi pagi dikumpulkan di ruang guru.
”niii” terdengar suara meli lantang. Aku tak menjawab hanya tersenyum saja.
”kumaha?”
”hehe..”
Mbak-mbak menyuruhku masuk kelas. Dia bilang ada pengarahan. Di depan pintu ada guru geografi menyuruhku masuk juga. Aku dan meli masuk kelas itu. Mbak-mbak itu memberiku selebaran.
”eh ni no 10 beda nya?
Mew mah B”
”A”
”ih B ni..”
“wah?” jawabku kurang peduli dengan jawaban mana yang benar.
”iyah ani A uci juga” suci menguatkan pendapatku.
”heeh uput juga A ni,kan kalo hipertonis airnya bakalan berosmosis ke yang hipotonis.” jelasnya tanpa kupinta.
”ih ni,kamari teh dijelaskeun di omega” bela meli.
”wah?”
”ihh uci yakin A”
Kepalaku berbalik-balik arah seperti menonton Taufik Hidayat vs Lin Dan saja. Tak perlu berkomentar pikirku. Pusing. Lalu kubaca selebaran tadi. Selintas kubaca AKBID. Ternyata itu promosi. Terjebak. Meli melihatku matanya berbicara. Mengajakku kabur. Kebetulan sekali. Fajar dari luar memanggilku.
”ni,payung di kelas”
”eh iyah jey”

Langsung aku keluar dari jebakan itu dengan menarik tangan meli. Jelas-jelas payung yang disebut-sebut fajar bukan milikku. Itu hanya alasan agar dapat keluar. Kabur. Pulang. Tidur. Rencanaku dan meli.

Di perjalanan seperti biasa kita berbincang.
”beres oge ni”
”heeh”

Kurang lebih tiga tahun kami pakai putih-abu. Kemudian hari akan berganti. Tiga tahun itu rasanya ditentukan oleh tiga hari. Kenapa? Rasanya kurang adil. Kenapa tidak jadikan negara maju sebagai referensi. 80% ditentukan oleh proses. Sisanya baru hasil akhir. Biar mengurangi kecurangan. Kasihan sekali orang yang rajin mengerjakan tugas,datang tepat waktu tapi kurang koneksi.

6 comments:

Anonymous said...

Ni,,enya..bener,,Un Pikasebelen...Perbuatan yang sia2.. tp gezlah ayeuna mah..yakin lu2s..ku mpit doakeun meh asup itb..doakeun mpit oge asup k kdktran..

alus puisina..

sumarni ani said...

kita diselimuti kotor. trima jadi saja.
saling mendoakan. semoga sukses.

Anonymous said...

mungkin bener qtu, tiga tahun yang sia2 karna tiga hari yg memuakan , tp tak usah disesali krn dah terjadi. berdoa sajalah agar dosa itu terampuni sama Allah

sumarni ani said...

langkahku tak ada yang sia". bangun pagi mengakhiri mimpi. beranjak dari rmah dan kembali dengan membawa sesuatu yang baru. memang tak ada penyesalan. tahukah kau makna hidupku.."life with no remorse"..?

rheza ardiansyah said...

wah, puisina ajib

sumarni ani said...

ajaib gmn tuh?
saya harus menginterpretasi kata ajaib jadi apa?